Makna Tumpek Kandang bagi Kehidupan Manusia
Tumpek Uye sering diartikan sebagai Otonan para binatang ternak atau binatang peliharaan, seperti sapi, kerbau, kambing, anjing, dan lainnya. Oleh karena itu, Tumpek Uye sering disebut Tumpek Kandang, ada juga yang menyebutkannya dengan nama Tumpek Wewalungan.
Tumpek Kandang atau Tumpek Uye diperingati oleh umat Hindu setiap 210 hari sekali (perhitungan kalender Bali) atau tepatnya pada Saniscara (Sabtu) Kliwon Wuku Uye. Dimana pada perayaan Tumpek Kandang, umat Hindu akan membuat sebuah upacara kepada hewan, seperti babi, kerbau, dan hewan lainnya.
Tumpek Uye tersurat dalam Lontar
Sundarigama, yang kutipannya sebagai berikut.
“ Uye,
Saniscara Kliwon, Tumpek Kandang, prakrti ring sarwa sato, patik wenang paru
hana upadana nia, yan ia sapi,
kebo,
asti, saluir nia satoraja…”
Artinya:
Wuku Uye,
pada Saniscara Kliwon, adalah Tumpek Kandang, yaitu hari untuk mengupacarai
semua jenis binatang ternak dan binatang peliharaan. Adapun Upacaranya: jika
sapi, kerbau, gajah, dan binatang lainnya.
Sebagian orang salah menafsirkan, bahwa hari Tumpek Uye atau Tumpek Kandang adalah hari untuk memuja binatang. Sebenarnya pada hari Tumpek Kandang, umat Hindu memuja keagungan Ida Sang Hyang Widhi, Sang Hyang Siwa Pasupati yang disebut Rare Angon, penggembala semua makhluk di alam semesta ini.
Seperti yang tertera dalam kutipan
lanjutan di dalam Lontar Sundarigama, yang kutipannya sebagai berikut.
”...kalingania
iking widhana ring manusa, amarid saking Sang Hyang Rare Angon, wenang ayabin, pituhun
ya ring manusa, sinukmaning sato, paksi, mina, ring raganta wawalungan, Sang
Hyang Rare Agon, cariranira utama.”
Artinya:
Adapun
penjelasannya, bahwa banten-banten ini serta upacara itu seperti mengupacarai
manusia, karena konon binatang-binatang itu dijiwai oleh Sang Hyang Rare Angon,
itulah sebabnya patut diupacarai. Sebenarnya manusia itu adalah makhluk utamanya
daripada binatang-binatang, seperti burung, ikan dan lainnya. Demikianlah Sang Hyang
Rare Angon, menjadikan Sarwo Binatang sebagai badan utama beliau.
Jadi dapat disimpulkan, bahwa
memuliakan binatang bukan berarti Kita memujanya. Kita tetap memuja Ida Sang
Hyang Widhi Wasa. Yang Kita harapkan, semua binatang mendapatkan kesehatan. Selain
memuliakan lingkungan binatang (bhuana agung), upacara suci ini juga untuk
menyucikan diri dari sifat-sifat kebinatangan yang ada dalam diri manusia
(bhuwana alit).
Mungkin ada yang pernah bertanya-tanya demikian, Mengapa harus ada Otonan atau Upacara untuk binatang ?
Sesungguhnya inilah Hindu, yang mengajarkan cinta kasih yang besar kepada seluruh ciptaan Tuhan dan yang mengajarkan sifat untuk menghargai tak hanya kepada sesama manusia tapi juga kepada binatang, dan seluruh ciptaannya. Karena dalam Hindu terdapat amanat untuk menjaga keharmonisan hidup dengan semua mahluk dan alam semesta. Selain itu dalam ajaran Hindu, meyakini bahwa semua makhluk memiliki jiwa yang berasal dari Ida Sang Hyang Widhi.
Komentar
Posting Komentar